Rabu, 25 Juli 2012

kalimat Tauhid



Para ahli ma’rifat memberi tafsiran yang beragam terhadap kalimat  laa ilaaha illa Allah. Pertama, dalam pandangan Ibn Abbas r.a., laa ilaaha illa Allah bermakna tidak ada yang bisa memberikan manfaat, tidak ada yang bisa mendatangkan bahaya, tidak ada yang dapat memuliakan, tidak ada yang dapat menghinakan, tidak ada yang dapat memberi dan tidak ada pula yang menolak selain Allah.
Kedua, makna dari kalimat  laa ilaaha illa Allah yakni tidak ada yang dapat diharapkan anugerahnya, tidak ada yang patut ditakuti siksanya, tidak ada yang patut diharapkan perlindungannya, tidak ada yang patut dinyakini kemurahannya, tidak ada yang patut dilaksanakan perintahnya, tidak ada yang patut dijauhi larangannya, serta tidak ada yang dihormati kemuliaannya selain Allah.

Ketiga, kalimat  laa ilaaha illa Allah menjadi pertanda adanya ma’rifat dan tauhid dalam diri seseorang lewat lisan yang memuji dan mengakui Penguasa Yang Agung. Jika seorang hamba mengucapkan  laa ilaaha illa Allah, berarti tidak ada Tuhan yang memiliki kenikmatan, anugerah, karunia, kekuatan, keabadian, keagungan, keluhuran, keperkasaan, pujian, murka, dan rida, selain Dia, Allah. Dialah yang menguasai alam semesta ini, Pencipta generasi terlebih dahulu dan generasi akhir zaman. Dialah yang memberikan pembalasan di hari kemudian.

Keempat, makna dari kalimat tersebut adalah hanya kepada Allah kita berharap dan menaruh rasa cemas. Hanya Dia yang mampu melapangkan kesempitan dan kesulitan.

Di awal penciptaan, manusia sudah ditanya oleh Allah, “Bukankah Aku Tuhan kalian?” Mereka menjawab, “ Ya”. Maka, Allah pun bersaksi atas mereka. Ketika manusia datang ke dunia, mereka juga bersaksi dengan tauhid. Kesaksian tersebut juga disaksikan oleh para Nabi dan orang – orang mukmin. Kemudian di saat ia mati dan masuk ke dalam kubur, dua malaikat menanyakan kesaksian tersebut. Di dalam kubur, ia bersaksi dengan kesaksian tadi. Malaikat itupun mendengar kesaksiannya. Manakala hari kiamat tiba, iblis datang untuk meraihnya seraya berkata, “ia termasuk pengikutku sebab ia  mengikutiku dengan melakukan maksiat”. Namun, Allah segera menjawab, “Kamu tidak mempunyai kekuasaan atasnya. Sebab, Aku telah mendengar tauhidnya baik di awal penciptaan maupun di akhir kehidupannya. Para Rasul mendengar hal yang sama ketika ia berada di dunia. Dan para malaikat pun mendengarkan kesaksiannya saat di akhir kehidupannya. Dengan begitu, mana mungkin ia termasuk pengikutmu?! Bagaimana mungkin kamu berkuasa atasnya?! ( Wahai malaikat ) bawalah ia ke surga!