Minggu, 12 Agustus 2012

Sejarah Peran Intelijen




SEJARAH PERAN INTELIJEN


K
ualitas pendidikan merupakan langkah awal membangun kemampuan intelijen bangsa. Penindasan dan pengekangan hanya akan membuahkan ledakan besar yang sulit dibendung. Sebenarnya, fenomena seperti ini terjadi dimana – mana dan pada zaman apa saja. Yang berbeda hanya warna, substasnsi, dan caranya yang berubah sesuai perkembangan jaman. Retorikan dan dinamika dasarnya selalu sama. Kehebatan intelijen terletak pada menemukan solusi atau cara pemecahan untuk mengkonsolidasikan aliran atau membuat outlet agar tekanan tidak meninggi terus. Kehebatan itu masih harus dikaji lagi dengan upaya menyakinkan penguasa bahwa saran berupa analisa intelijen itu harus benar, solid, dan mujarab.

            Belanda tidak memiliki kearifan itu, sehingga tekanan tuntutan merdeka itu semakin meninggi dan sudah hampir menyentuh titik optimumnya. Secara kebetulan Jepang dengan cepat sampai ke Indonesia dan Belanda dengan tanpa perlawanan menyerah dalam waktu yang sangat singkat. Semua kekuatan intelijen penguasa Belanda dipatahkan dan dihancurkan sama sekali oleh Jepang.

            Jepang yang sedang melakukan perang besar melawan sekutu (AS, Inggris dan sekutunya) dalam “Perang Asia Timur Raya” mampu dengan cepat menghancurkan kekuatan sekutu, karena didukung oleh sistem intelijen yang maju, solid, modern, dengan kekuatan besar. Pemboman Pearl Harbour yang tanpa diketahui oleh AS, jelas merupakan keunggulan intelijen sendiri. Dengan kondisi kecanggihan militer seperti itulah Jepang masuk ke Indonesia.

            Pada mulanya para pemimpin dan pejuang bangsa, menaruh harapan besar dengan datangnya Jepang akan dapat memberikan angin segar bagi kebebasan atau paling tidak memberikan bekal kemampuan perang dan pendidikan. Ternyata, Jepang memang sedang sangat membutuhkan bahan baku alat dan personil perang serta kebutuhan logistik pasukan. Watak eksploitasi Jepang pun terlihat dengan penindasan dan kekejaman serta perampasan – perampasan lebih dahsyat. Intelijen mereka yang tertuju pada Counter Spionase yang berklasifikasi polisi rahasia disebut Ken Pe Tai  itu, sangat kejam dan sewenang – wenang.

            Polisi tersebut tetap berfungsi seperti jaman Belanda, bertugas pokok mengamankan kekuasaan Jepang disamping  memelihara keamanan dan ketertiban. Karena kekuatan Ken Pe Tai relatif kecil, maka banyak permasalahan yang penanganannya dilimpahkan pada polisi. Melalui operasi intelijennya yang bersifat represif, Jepang dapat menekan potensi perlawanan rakyat. Namun, polisi tidak dapat mendeteksi gerakan politik oleh para pejuang di asrama – asrama sekolah kemiliterannya. Jepang yang mengandalkan petensi deteksi pada polisi, tidak mampu mendeteksi, sehingga terjadi perlawanan Supriyadi di lembaga pendidikan Heiho di Blitar. Tetapi karena kewapadaan yang tinggi dan kekuatan militer yang besar dan terkenal kekejamannya, pemberontakan Supriyadi itu dapat ditumpas dalam 2 hari dan tidak ada seorangpun yang tahu nasib mereka sampai sekarang.