SEJARAH PERAN INTELIJEN
K
|
ualitas pendidikan
merupakan langkah awal membangun kemampuan intelijen bangsa. Penindasan dan
pengekangan hanya akan membuahkan ledakan besar yang sulit dibendung.
Sebenarnya, fenomena seperti ini terjadi dimana – mana dan pada zaman apa saja.
Yang berbeda hanya warna, substasnsi, dan caranya yang berubah sesuai
perkembangan jaman. Retorikan dan dinamika dasarnya selalu sama. Kehebatan
intelijen terletak pada menemukan solusi atau cara pemecahan untuk
mengkonsolidasikan aliran atau membuat outlet agar tekanan tidak meninggi
terus. Kehebatan itu masih harus dikaji lagi dengan upaya menyakinkan penguasa
bahwa saran berupa analisa intelijen itu harus benar, solid, dan mujarab.
Belanda tidak memiliki kearifan itu,
sehingga tekanan tuntutan merdeka itu semakin meninggi dan sudah hampir
menyentuh titik optimumnya. Secara kebetulan Jepang dengan cepat sampai ke Indonesia
dan Belanda dengan tanpa perlawanan menyerah dalam waktu yang sangat singkat.
Semua kekuatan intelijen penguasa Belanda dipatahkan dan dihancurkan sama
sekali oleh Jepang.
Jepang yang sedang melakukan perang
besar melawan sekutu (AS, Inggris dan sekutunya) dalam “Perang Asia Timur Raya”
mampu dengan cepat menghancurkan kekuatan sekutu, karena didukung oleh sistem
intelijen yang maju, solid, modern, dengan kekuatan besar. Pemboman Pearl
Harbour yang tanpa diketahui oleh AS, jelas merupakan keunggulan intelijen
sendiri. Dengan kondisi kecanggihan militer seperti itulah Jepang masuk ke
Indonesia.
Pada mulanya para pemimpin dan
pejuang bangsa, menaruh harapan besar dengan datangnya Jepang akan dapat
memberikan angin segar bagi kebebasan atau paling tidak memberikan bekal
kemampuan perang dan pendidikan. Ternyata, Jepang memang sedang sangat
membutuhkan bahan baku alat dan personil perang serta kebutuhan logistik
pasukan. Watak eksploitasi Jepang pun terlihat dengan penindasan dan kekejaman
serta perampasan – perampasan lebih dahsyat. Intelijen mereka yang tertuju pada
Counter Spionase yang berklasifikasi polisi rahasia disebut Ken Pe Tai itu,
sangat kejam dan sewenang – wenang.
Polisi tersebut tetap berfungsi
seperti jaman Belanda, bertugas pokok mengamankan kekuasaan Jepang
disamping memelihara keamanan dan
ketertiban. Karena kekuatan Ken Pe Tai relatif kecil, maka banyak permasalahan
yang penanganannya dilimpahkan pada polisi. Melalui operasi intelijennya yang
bersifat represif, Jepang dapat menekan potensi perlawanan rakyat. Namun,
polisi tidak dapat mendeteksi gerakan politik oleh para pejuang di asrama –
asrama sekolah kemiliterannya. Jepang yang mengandalkan petensi deteksi pada
polisi, tidak mampu mendeteksi, sehingga terjadi perlawanan Supriyadi di
lembaga pendidikan Heiho di Blitar. Tetapi karena kewapadaan yang tinggi dan
kekuatan militer yang besar dan terkenal kekejamannya, pemberontakan Supriyadi
itu dapat ditumpas dalam 2 hari dan tidak ada seorangpun yang tahu nasib mereka
sampai sekarang.