Seni
Memelihara Keunggulan
o
S
|
eumur hidup, Anda akan menemukan diri bertempur pada dua front. Pertama,
front eksternal, musuh yang tak terhindarkan – namun front yang kedua
dan tidak terlalu jelas adalah front internal, kolega dan sesama pesaing, yang
banyak di antaranya akan berkonspirasi melawan Anda, menjalankan agenda mereka
sendiri dengan mengorbankan Anda. Yang paling parah adalah bahwa Anda sering
terpaksa bertempur pada kedua front ini sekaligus, menghadapi musuh eksternal
sambil juga berupaya mengamankan posisi internal Anda, suatu pergumulan yang
melelahkan dan melemahkan.
Solusinya adalah tidak mengabaikan masalah internal (
Anda akan berumur pendek kalau mengabaikannya ) atau menanganinya dengan cara
yang langsung dan konvesional, dengan mengeluh, bersikap agresif, atau
membentuk aliansi pertahanan. Pahamilah : perang internal itu sifatnya non –
konvensional. Karena secara teori, orang di pihak yang sama biasanya akan
melakukan yang terbaik untuk memelihara penampilan sebagai pemain tim yang
mengupayakan kebaikan bersama, mengeluh tentang mereka atau menyerang mereka
hanya akan menjadikan Anda terlihat buruk dan akan mengisolasi Anda. Akan
tetapi, pada saat yang sama, yakinlah bahwa tipe – tipe ambisius seperti itu
akan beroperasi secara diam – diam dan dengan cara yang tidak langsung. Dari
luarnya menyenangkan dan kooperatif, di balik layar mereka manipulatif dan
licin.
Anda perlu melancarkan suatu bentuk perang yang sesuai dengan
pertempuran yang samar – samar namun berbahaya ini, yang terjadi setiap
harinya. Dan strategi non – konvensional yang paling efektif dalam arena ini
adalah seni memelihara keunggulan. Dikembangkan oleh para pesaing paling cerdik
dalam sejarah, seni ini didasarkan pada dua asumsi sederhana : pertama,
para pesaing Anda memendam benih kehancuran mereka sendiri, dan kedua,
seorang pesaing yang dijadikan membela diri dan merasa inferior, walaupun tidak
kentara, akan cenderung bersikap membela diri dan inferior, sehingga akan
merugikan dirinya sendiri.
Kepribadian orang sering kali terbentuk di seputar kelemahan,
cacat karakter, emosi – emosi tak terkendali. Orang yang merasa kekurangan,
atau yang merasa dirinya unggul padahal tidak, atau takut kekacauan, atau mati –
matian menginginkan keteraturan, akan mengembangkan suatu kepribadian – suatu kedok
sosial – untuk menutupi cacat cela mereka dan memungkinkan mereka tampil
menyakinkan, menyenangkan, bertanggung jawab, di mata dunia. Akan tetapi,
kedoknya adalah seperti bekas luka : coba Anda menyentuhnya dengan cara yang
keliru, maka hal itu akan terasa menyakitkan. Respons korban – korban Anda akan
menjadi tak terkendali : mereka akan mengeluh, bersikap membela diri dan
paranoid, atau menyingkapkan kesombongan yang mereka coba sembunyikan sekuat
tenaga. Maka sekilas, kedok mereka akan terbuka.
Ketika Anda merasa mempunyai kolega yang mungkin terbukti
berbahaya atau sudah benar – benar merencanakan sesuatu – Anda harus terlebih
dahulu berusaha mengumpulkan data intelijen tentagn mereka. Pelajari perilaku
mereka sehari – hari, tindakan mereka dimasa lalu, kesalahan mereka, untuk
mencari cacat cela mereka. Dengan pengetahuan ini, Anda siap memainkan
permainan memelihara keunggulan.
Mulailah dengan melakukan sesuatu untuk menusuk luka yang
melandasi menciptakan keraguan, ketidaktentraman, dan kecemasan. Mungkin dengan
komentar polos atau sesuatu yang oleh sang korban dirasakan sebagai tantangan
terhadap posisi mereka dalam organisasinya. Akan tetapi, sasaran Anda bukanlah
menantang mereka secara terang – terangan, melainkan menjadikan mereka
penasaran : mereka merasa diserang namun tidak mengetahui pasti mengapa atau
bagaimana. Hasilnya adalah sensasi yang samar – samar, yang mengganggu. Maka
menyusplah perasaan inferior.
Lalu, Anda menindaklanjuti dengan tindakan – tindakan sekunder
yang memperparah keraguan mereka. Disini, seringkali yang terbaik adalah
bekerja secara tertutup, memanfaatkan orang lain, media massa, atau kabar
burung sederhana untuk melaksanakan tugas Anda. Permainan akhirnya akan luar
biasa sederhana tampaknya : setelah menumpuk cukup banyak keraguan diri untuk
memicu reaksi, Anda mundur dan membiarkan sasaran Anda merusak dirinya sendiri.
Anda harus menghindarkan godaan untuk bersikap serakah atau memberikan pukulan
final; sesungguhnya pada titik ini yang terbaik adalah bersikap bersahabat,
bahkan menawarkan bantuan dan nasihat yang mendua. Maka reaksi sasaran Anda
akan berlebihan. Entah mereka akan melampiaskan, melakukan kesalahan memalukan,
atau terlalu banyak menyingkapkan diri mereka, atau terlalu membela diri dan
terlalu keras berusaha menyenangkan orang lain, terlalu jelas berupaya
mengamankan posisi mereka dan mengesahkan harga diri mereka. Orang yang
bersikap membela diri secara di bawah sadar cenderung menghalau orang lain.
Pada titik ini, tindakan pembukaan Anda, terutama kalau sifatnya
tidak kentara agresif, akan terlupakan. Yang akan menonjol adalah reaksi
berlebihan dan perasaan terhina dari pesaing Anda. Tangan Anda bersih, reputasi
terpelihara. Hilangnya posisi mereka menjadi keuntungan Anda; Anda satu tingkat
di atas dan mereka satu tingkat di bawah. Seandainya, Anda menyerang mereka
secara langsung, keunggulan Anda bersifat sementara saja atau bahkan tidak ada;
bahkan, posisi politis Anda akan terancam : pesaing Anda yang menyedihkan, yang
menderita, akan memenangkan simpati sebagai korban Anda, dan perhatian akan
difokuskan kepada Anda sebagai yang bertanggung jawab atas kejatuhan mereka.
Sebaliknya, coba Anda jadikan mereka tewas tertusuk pedang mereka sendiri.
Mungkin Anda telah sedikit berperan dalam kejatuhan mereka, namun di mata
mereka, dan tentunya di mata orang lain, sejauh mungkin hendaknya mereka hanya
mungkin menyalahkan diri sendiri. Hal ini akan menjadikan kekalahan mereka dua
kali lebih pahit dan dua kali lebih efektif.
y
Menang tanpa korban Anda mengetahui bagaimana hal itu terjadi
atau apa persisnya yang telah Anda lakukan adalah puncaknya perang non –
konvensional.