Jumat, 27 April 2012

Seni memelihara Keunggulan



Seni Memelihara Keunggulan
o


S
eumur hidup, Anda akan menemukan diri bertempur pada dua front. Pertama, front eksternal, musuh yang tak terhindarkan – namun front yang kedua dan tidak terlalu jelas adalah front internal, kolega dan sesama pesaing, yang banyak di antaranya akan berkonspirasi melawan Anda, menjalankan agenda mereka sendiri dengan mengorbankan Anda. Yang paling parah adalah bahwa Anda sering terpaksa bertempur pada kedua front ini sekaligus, menghadapi musuh eksternal sambil juga berupaya mengamankan posisi internal Anda, suatu pergumulan yang melelahkan dan melemahkan.

Solusinya adalah tidak mengabaikan masalah internal ( Anda akan berumur pendek kalau mengabaikannya ) atau menanganinya dengan cara yang langsung dan konvesional, dengan mengeluh, bersikap agresif, atau membentuk aliansi pertahanan. Pahamilah : perang internal itu sifatnya non – konvensional. Karena secara teori, orang di pihak yang sama biasanya akan melakukan yang terbaik untuk memelihara penampilan sebagai pemain tim yang mengupayakan kebaikan bersama, mengeluh tentang mereka atau menyerang mereka hanya akan menjadikan Anda terlihat buruk dan akan mengisolasi Anda. Akan tetapi, pada saat yang sama, yakinlah bahwa tipe – tipe ambisius seperti itu akan beroperasi secara diam – diam dan dengan cara yang tidak langsung. Dari luarnya menyenangkan dan kooperatif, di balik layar mereka manipulatif dan licin.

Anda perlu melancarkan suatu bentuk perang yang sesuai dengan pertempuran yang samar – samar namun berbahaya ini, yang terjadi setiap harinya. Dan strategi non – konvensional yang paling efektif dalam arena ini adalah seni memelihara keunggulan. Dikembangkan oleh para pesaing paling cerdik dalam sejarah, seni ini didasarkan pada dua asumsi sederhana : pertama, para pesaing Anda memendam benih kehancuran mereka sendiri, dan kedua, seorang pesaing yang dijadikan membela diri dan merasa inferior, walaupun tidak kentara, akan cenderung bersikap membela diri dan inferior, sehingga akan merugikan dirinya sendiri.

Kepribadian orang sering kali terbentuk di seputar kelemahan, cacat karakter, emosi – emosi tak terkendali. Orang yang merasa kekurangan, atau yang merasa dirinya unggul padahal tidak, atau takut kekacauan, atau mati – matian menginginkan keteraturan, akan mengembangkan suatu kepribadian – suatu kedok sosial – untuk menutupi cacat cela mereka dan memungkinkan mereka tampil menyakinkan, menyenangkan, bertanggung jawab, di mata dunia. Akan tetapi, kedoknya adalah seperti bekas luka : coba Anda menyentuhnya dengan cara yang keliru, maka hal itu akan terasa menyakitkan. Respons korban – korban Anda akan menjadi tak terkendali : mereka akan mengeluh, bersikap membela diri dan paranoid, atau menyingkapkan kesombongan yang mereka coba sembunyikan sekuat tenaga. Maka sekilas, kedok mereka akan terbuka.

Ketika Anda merasa mempunyai kolega yang mungkin terbukti berbahaya atau sudah benar – benar merencanakan sesuatu – Anda harus terlebih dahulu berusaha mengumpulkan data intelijen tentagn mereka. Pelajari perilaku mereka sehari – hari, tindakan mereka dimasa lalu, kesalahan mereka, untuk mencari cacat cela mereka. Dengan pengetahuan ini, Anda siap memainkan permainan memelihara keunggulan.

Mulailah dengan melakukan sesuatu untuk menusuk luka yang melandasi menciptakan keraguan, ketidaktentraman, dan kecemasan. Mungkin dengan komentar polos atau sesuatu yang oleh sang korban dirasakan sebagai tantangan terhadap posisi mereka dalam organisasinya. Akan tetapi, sasaran Anda bukanlah menantang mereka secara terang – terangan, melainkan menjadikan mereka penasaran : mereka merasa diserang namun tidak mengetahui pasti mengapa atau bagaimana. Hasilnya adalah sensasi yang samar – samar, yang mengganggu. Maka menyusplah perasaan inferior.

Lalu, Anda menindaklanjuti dengan tindakan – tindakan sekunder yang memperparah keraguan mereka. Disini, seringkali yang terbaik adalah bekerja secara tertutup, memanfaatkan orang lain, media massa, atau kabar burung sederhana untuk melaksanakan tugas Anda. Permainan akhirnya akan luar biasa sederhana tampaknya : setelah menumpuk cukup banyak keraguan diri untuk memicu reaksi, Anda mundur dan membiarkan sasaran Anda merusak dirinya sendiri. Anda harus menghindarkan godaan untuk bersikap serakah atau memberikan pukulan final; sesungguhnya pada titik ini yang terbaik adalah bersikap bersahabat, bahkan menawarkan bantuan dan nasihat yang mendua. Maka reaksi sasaran Anda akan berlebihan. Entah mereka akan melampiaskan, melakukan kesalahan memalukan, atau terlalu banyak menyingkapkan diri mereka, atau terlalu membela diri dan terlalu keras berusaha menyenangkan orang lain, terlalu jelas berupaya mengamankan posisi mereka dan mengesahkan harga diri mereka. Orang yang bersikap membela diri secara di bawah sadar cenderung menghalau orang lain.

Pada titik ini, tindakan pembukaan Anda, terutama kalau sifatnya tidak kentara agresif, akan terlupakan. Yang akan menonjol adalah reaksi berlebihan dan perasaan terhina dari pesaing Anda. Tangan Anda bersih, reputasi terpelihara. Hilangnya posisi mereka menjadi keuntungan Anda; Anda satu tingkat di atas dan mereka satu tingkat di bawah. Seandainya, Anda menyerang mereka secara langsung, keunggulan Anda bersifat sementara saja atau bahkan tidak ada; bahkan, posisi politis Anda akan terancam : pesaing Anda yang menyedihkan, yang menderita, akan memenangkan simpati sebagai korban Anda, dan perhatian akan difokuskan kepada Anda sebagai yang bertanggung jawab atas kejatuhan mereka. Sebaliknya, coba Anda jadikan mereka tewas tertusuk pedang mereka sendiri. Mungkin Anda telah sedikit berperan dalam kejatuhan mereka, namun di mata mereka, dan tentunya di mata orang lain, sejauh mungkin hendaknya mereka hanya mungkin menyalahkan diri sendiri. Hal ini akan menjadikan kekalahan mereka dua kali lebih pahit dan dua kali lebih efektif.
y
Menang tanpa korban Anda mengetahui bagaimana hal itu terjadi atau apa persisnya yang telah Anda lakukan adalah puncaknya perang non – konvensional.