Rabu, 04 April 2012

STRATEGI NAPOLEON : KUNCI PERANG



KUNCI PERANG

K
onflik dan pergumulan yang kita alami sekarang ini sungguh luar biasa – jauh lebih besar daripada yang dihadapi oleh nenek moyang kita. Dalam perang, gerakan pasukan ditandai dengan anak panah pada peta. Seandainya kita harus memetakan pertempuran dalam kehidupan kita sehari – hari, kita akan menggambar ribuan anak panah, lalu lintas gerakan dan manuver yang terus – menerus belum lagi anak panah yang sesungguhnya menembaki kita, orang yang berusaha membujuk kita dengan satu atau lain hal, berusaha menggerakkan kita ke arah tertentu, berusaha menundukkan kita terhadap kehendak mereka, produk mereka, atau perjuangan mereka.
Karena demikian banya orang terus bergeser memperebutkan kekuasaan, dunia sosial kita menjadi terselubung agresi yang hampir – hampir terang – terangan. Dalam situasi ini, dibutuhkan waktu dan kesabaran untuk bersikap tidak langsung; dalam ketergesa – gesaan sehari – hari untuk menggerakkan dan mempengaruhi orang lain, pendekatan yang tidak kentara terlalu sulit dan memakan waktu, sehingga orang cenderung mengambil rute langsung menuju apa yang mereka inginkan. Untuk menyakinkan kita tentang ide – ide mereka, mereka menggunakan argumentasi dan retorika, semakin lantang dan semakin emosional. Mereka mendorong dan menarik dengan perkataan , tindakan , dan perintah. Bahkan permainan yang lebih pasif pun, yang menggunakan peralatan manipulasi dan rasa bersalah, juga agak langsung dalam pendekatan mereka dan sama sekali bukannya tidak kentara, coba anda menyaksikan manuver mereka maka mereka akan mudah anda temukan.
Hasil dari semuanya itu ada dua ; kita semua menjadi lebih defensif, enggan berubah. Untuk memelihara perdamaian dan stabilitas dalam kehidupan kita, kita membangun dinding istana kita semakin tinggi dan tebal. Namun demikian, kebrutalan yang semakin langsung dalam kehidupan sehari – hari tidak mungkin kita hindarkan. Segala anak panah yang menembaki kita mempengaruhi kita dengan energi mereka; mau tidak mau kita berusaha membalasnya. Ketika bereaksi terhadap manuver langsung, kita menemukan diri terseret ke dalam argumentasi dan pertempuran frontal. Dibutuhkan upaya untuk menghindarkan arena jahat ini dan mempertimbangkan pendekatan lain.
Orang yang memenangkan kekuasaan sejati di dunia modern yang sulit adalah mereka yang telah belajar menggunakan pendekatan tidak langsung. Mereka mengetahui nilai mendekati dari suatu sudut, menyamarkan niat mereka, mengurangi penentangan musuh, memukul bagian samping yang lunak, yang terpapar, daripada beradu kepala. Bukannya berusaha mendorong atau menarik orang, mereka membujuk orang untuk berbalik ke arah yang mereka inginkan. hal ini membutuhkan upaya namun nantinya akan memberikan keuntungan berupa berkurangnya konflik serta hasil – hasil lebih besar.
Kunci untuk manuver dari samping adalah melangkah setahap demi setahap. Langkah awal jangan sampai menyingkap niat anda anda atau garis serangan anda yang sesungguhnya. Coba anda mencontoh manoeuvre sur les deerrieres – nya Napoleon : Pertama – tama, pukullah mereka secara langsung, seperti yang dilakukan oleh Napoleon terhadap pasukan Austria di Caldiero, untuk menarik perhatian mereka ke depan. Biarlah mereka datang kepada anda untuk bertempur satu lawan satu. Maka serangan anda dari samping tidak akan mereka duga dan sulit mereka lawan.
Pada sebuah resepsi  istana di Paris pada tahun 1856, semua mata tertuju pada tamu yan g baru tiba : seorang bangsawan wanita Italia berusia delapan belas tahun bernama Countess de Castiglione. Ia luar biasa cantik dan bukan itu saja : ia juga membawa dirinya seperti patung Yunani yang hidup. Kaisar Napoleon II, seorang yang terkenal mata keranjang, mau tidak mau memperhatikan dan menjadi terpesona, namun sesaat, hanya itu sebab ia lebih menyukai wanita berdarah panas. Akan tetapi, ketika ia kembali melihat sang Countess dalam bulan – bulan berikutnya, ia menjadi penasaran.
Dalam acara – acara di istana, Napoleon dan sang Countess terkadang saling pandang dan sesekali melontarkan komentar. Sang Countess selalu pergi sebelum Napoleon sempat mengajaknya bercakap – cakap. Sang Countess mengenakan gaun –gaun yang mencengangkan, dan lama setelah acara berakhir, bayangan sang Countess kembali muncul dalam benak Napoleon.
Yang menjadikan sang kaisar penasaran adalah bahwa tampaknya ia tidak berhasil menarik sang Countess, tampaknya sang Countess hanya bersikap sopan saja terhadapnya. Maka Napoleon mulai gigih mendekatinya, dan setelah berminggu – minggu menyerang, pada akhirnya sang Countess takluk. Akan tetapi, bahkan setelah menjadi kekasihnya pun, Napoleon tetap merasakan sang Countess dingin, tetap harus mengejar sang Countess, tidak pernah mengetahui pasti perasaan sang Countess. Pada pesta – pesta pun, sang Countess tetap menarik perhatian kaum pria seperti magnet, menjadikan Napoleon luar biasa cemburu. Demikianlah hal itu berlangsung, namun tidak lama kemudian dengan sendirinya sang Kaisar bosan terhadap sang Coutess dan pindah ke wanita lain. Namun demikian, setelah petualangannya berakhir, Napoleon tidak sanggup memikirkan wanita lain selain sang Countess.
Di Paris ketika hiduplah Victor – Emmanuel, raja Piedmont, tempat asal sang Countess. Ketika itu Italia dibagi menjadi negara – negara bagian kecil seperti itu, namun dengan dukungan Prancis, Italia akan segera menjadi bangsa yang bersatu, dan diam – diam Victor – Emmauel berhasrat menjadi rajanya yang pertama. Dalam percakapannya dengan Napoleon, sang Countess sekali menyinggung sang raja Piedmont, memuji karakternya dan menggambarkan kecintaannya terhadap Prancis serta kekuatannya sebagai seorang pemimpin. Mau tidak mau sang kaisar sependapat : Victor – Emmanuel memang akan menjadi raja Italia yang sempurna. Maka segeralah napoleon membicarakan hal itu dengan para penasihatnya, lalu secara aktif mempromosikan Victor – Emmanuel untuk naik tahta seolah – olah hal itu adalah idenya sendiri dan pada akhirnya Napoleon berhasil menjadikan hal itu terlaksana. Napoleon tidak menyadari bahwa hubungannya dengan sang Countess ternyata telah diatur oleh Victor – Emmanuel dan penasihatnya yang cerdik, Count di Cavour. Mereka sengaja menempatkan sang Countess di Paris untuk merayu Napoleon dan perlahan – lahan melontarkan ide untuk mempromosikan Victor – Emmanuel.
Rayuan sang Countess terhadap sang kaisar telah direncanakan seperti sebuah operasi militer yang detail, hingga ke gaun yang akan dikenakannya, perkataan yang akan diucapkannya, tatapan mata yang akan dilontarkannya. Cara sang Countess yang cerdik untuk menjerat sang kaisar adalah serangan klasik dari samping, manoeuvre sur les derrieres lewat rayuan. Kecantikan sang Countess yang dingin dan pembawaannya yang mempesona terus menarik sang kaisar hingga sang kaisar melangkah demikian jauhnya sehingga menyakini bahwa dirinyalah yang menyerang. Mengarahkan perhatian sang kaisar ke depan, sang Countess menyelinap ke samping, secara tidak kentara melontarkan ide memahkotai Victor – Emmanuel. Seandainya sang Countess secara langsung mengejar sang kaisar atau menyarankan pemahkotaan sang raja dengan terlalu banyak bicara, sang Countess bukan saja akan gagal, melainkan juga akan mendorong sang kaisar ke arah sebaliknya. Tertarik ke depan frontal karena kelemahannya terhadap wanita cantik, Napoleon menjadi rentan bujuk rayu lembut dari sampingnya.
Manuver seperti ini hendaknya menjadi model bagi upaya untuk membujuk. Jangan pernah menyingkapkan niat atau sasaran anda; sebaliknya gunakan daya tarik, percakapan menyenangkan, humor, sanjungan apapun yang efektif untuk mengarahkan perhatian orang ke depan. Ketika fokus mereka tertuju ke depan, bagian samping mereka tidak terlindungi, maka sekarang, ketika anda memberikan petunjuk atau menyarankan perubahan arah secara tidak kentara, gerbangnya sudah terbuka dan dindingnya sudah roboh. Mereka sudah terlucuti dan mudah ditundukkan.