KUNCI
PERANG
K
|
onflik dan
pergumulan yang kita alami sekarang ini sungguh luar biasa – jauh lebih besar
daripada yang dihadapi oleh nenek moyang kita. Dalam perang, gerakan pasukan
ditandai dengan anak panah pada peta. Seandainya kita harus memetakan
pertempuran dalam kehidupan kita sehari – hari, kita akan menggambar ribuan
anak panah, lalu lintas gerakan dan manuver yang terus – menerus belum lagi
anak panah yang sesungguhnya menembaki kita, orang yang berusaha membujuk kita
dengan satu atau lain hal, berusaha menggerakkan kita ke arah tertentu,
berusaha menundukkan kita terhadap kehendak mereka, produk mereka, atau
perjuangan mereka.
Karena demikian banya orang terus bergeser memperebutkan
kekuasaan, dunia sosial kita menjadi terselubung agresi yang hampir – hampir terang
– terangan. Dalam situasi ini, dibutuhkan waktu dan kesabaran untuk bersikap
tidak langsung; dalam ketergesa – gesaan sehari – hari untuk menggerakkan dan
mempengaruhi orang lain, pendekatan yang tidak kentara terlalu sulit dan
memakan waktu, sehingga orang cenderung mengambil rute langsung menuju apa yang
mereka inginkan. Untuk menyakinkan kita tentang ide – ide mereka, mereka
menggunakan argumentasi dan retorika, semakin lantang dan semakin emosional.
Mereka mendorong dan menarik dengan perkataan , tindakan , dan perintah. Bahkan
permainan yang lebih pasif pun, yang menggunakan peralatan manipulasi dan rasa
bersalah, juga agak langsung dalam pendekatan mereka dan sama sekali bukannya
tidak kentara, coba anda menyaksikan manuver mereka maka mereka akan mudah anda
temukan.
Hasil dari semuanya itu ada dua ; kita semua menjadi lebih
defensif, enggan berubah. Untuk memelihara perdamaian dan stabilitas dalam
kehidupan kita, kita membangun dinding istana kita semakin tinggi dan tebal.
Namun demikian, kebrutalan yang semakin langsung dalam kehidupan sehari – hari tidak
mungkin kita hindarkan. Segala anak panah yang menembaki kita mempengaruhi kita
dengan energi mereka; mau tidak mau kita berusaha membalasnya. Ketika bereaksi
terhadap manuver langsung, kita menemukan diri terseret ke dalam argumentasi
dan pertempuran frontal. Dibutuhkan upaya untuk menghindarkan arena jahat ini
dan mempertimbangkan pendekatan lain.
Orang yang memenangkan kekuasaan sejati di dunia modern yang
sulit adalah mereka yang telah belajar menggunakan pendekatan tidak langsung.
Mereka mengetahui nilai mendekati dari suatu sudut, menyamarkan niat mereka,
mengurangi penentangan musuh, memukul bagian samping yang lunak, yang terpapar,
daripada beradu kepala. Bukannya berusaha mendorong atau menarik orang, mereka
membujuk orang untuk berbalik ke arah yang mereka inginkan. hal ini membutuhkan
upaya namun nantinya akan memberikan keuntungan berupa berkurangnya konflik
serta hasil – hasil lebih besar.
Kunci untuk manuver dari samping adalah melangkah setahap demi
setahap. Langkah awal jangan sampai menyingkap niat anda anda atau garis
serangan anda yang sesungguhnya. Coba anda mencontoh manoeuvre sur les deerrieres – nya Napoleon : Pertama – tama,
pukullah mereka secara langsung, seperti yang dilakukan oleh Napoleon terhadap
pasukan Austria di Caldiero, untuk menarik perhatian mereka ke depan. Biarlah
mereka datang kepada anda untuk bertempur satu lawan satu. Maka serangan anda
dari samping tidak akan mereka duga dan sulit mereka lawan.
Pada sebuah resepsi istana
di Paris pada tahun 1856, semua mata tertuju pada tamu yan g baru tiba : seorang
bangsawan wanita Italia berusia delapan belas tahun bernama Countess de
Castiglione. Ia luar biasa cantik dan bukan itu saja : ia juga membawa dirinya
seperti patung Yunani yang hidup. Kaisar Napoleon II, seorang yang terkenal
mata keranjang, mau tidak mau memperhatikan dan menjadi terpesona, namun
sesaat, hanya itu sebab ia lebih menyukai wanita berdarah panas. Akan tetapi,
ketika ia kembali melihat sang Countess dalam bulan – bulan berikutnya, ia
menjadi penasaran.
Dalam acara – acara di istana, Napoleon dan sang Countess
terkadang saling pandang dan sesekali melontarkan komentar. Sang Countess
selalu pergi sebelum Napoleon sempat mengajaknya bercakap – cakap. Sang
Countess mengenakan gaun –gaun yang mencengangkan, dan lama setelah acara
berakhir, bayangan sang Countess kembali muncul dalam benak Napoleon.
Yang menjadikan sang kaisar penasaran adalah bahwa tampaknya ia
tidak berhasil menarik sang Countess, tampaknya sang Countess hanya bersikap
sopan saja terhadapnya. Maka Napoleon mulai gigih mendekatinya, dan setelah
berminggu – minggu menyerang, pada akhirnya sang Countess takluk. Akan tetapi,
bahkan setelah menjadi kekasihnya pun, Napoleon tetap merasakan sang Countess dingin,
tetap harus mengejar sang Countess, tidak pernah mengetahui pasti perasaan sang
Countess. Pada pesta – pesta pun, sang Countess tetap menarik perhatian kaum
pria seperti magnet, menjadikan Napoleon luar biasa cemburu. Demikianlah hal
itu berlangsung, namun tidak lama kemudian dengan sendirinya sang Kaisar bosan
terhadap sang Coutess dan pindah ke wanita lain. Namun demikian, setelah
petualangannya berakhir, Napoleon tidak sanggup memikirkan wanita lain selain
sang Countess.
Di Paris ketika hiduplah Victor – Emmanuel, raja Piedmont, tempat
asal sang Countess. Ketika itu Italia dibagi menjadi negara – negara bagian
kecil seperti itu, namun dengan dukungan Prancis, Italia akan segera menjadi
bangsa yang bersatu, dan diam – diam Victor – Emmauel berhasrat menjadi rajanya
yang pertama. Dalam percakapannya dengan Napoleon, sang Countess sekali
menyinggung sang raja Piedmont, memuji karakternya dan menggambarkan
kecintaannya terhadap Prancis serta kekuatannya sebagai seorang pemimpin. Mau tidak
mau sang kaisar sependapat : Victor – Emmanuel memang akan menjadi raja Italia
yang sempurna. Maka segeralah napoleon membicarakan hal itu dengan para
penasihatnya, lalu secara aktif mempromosikan Victor – Emmanuel untuk naik
tahta seolah – olah hal itu adalah idenya sendiri dan pada akhirnya Napoleon
berhasil menjadikan hal itu terlaksana. Napoleon tidak menyadari bahwa
hubungannya dengan sang Countess ternyata telah diatur oleh Victor – Emmanuel dan
penasihatnya yang cerdik, Count di Cavour. Mereka sengaja menempatkan sang
Countess di Paris untuk merayu Napoleon dan perlahan – lahan melontarkan ide
untuk mempromosikan Victor – Emmanuel.
Rayuan sang Countess terhadap sang kaisar telah direncanakan seperti
sebuah operasi militer yang detail, hingga ke gaun yang akan dikenakannya,
perkataan yang akan diucapkannya, tatapan mata yang akan dilontarkannya. Cara
sang Countess yang cerdik untuk menjerat sang kaisar adalah serangan klasik
dari samping, manoeuvre sur les derrieres
lewat rayuan. Kecantikan sang Countess yang dingin dan pembawaannya yang
mempesona terus menarik sang kaisar hingga sang kaisar melangkah demikian
jauhnya sehingga menyakini bahwa dirinyalah yang menyerang. Mengarahkan
perhatian sang kaisar ke depan, sang Countess menyelinap ke samping, secara
tidak kentara melontarkan ide memahkotai Victor – Emmanuel. Seandainya sang
Countess secara langsung mengejar sang kaisar atau menyarankan pemahkotaan sang
raja dengan terlalu banyak bicara, sang Countess bukan saja akan gagal,
melainkan juga akan mendorong sang kaisar ke arah sebaliknya. Tertarik ke depan
frontal karena kelemahannya terhadap wanita cantik, Napoleon menjadi rentan
bujuk rayu lembut dari sampingnya.
Manuver seperti ini hendaknya menjadi model bagi upaya untuk
membujuk. Jangan pernah menyingkapkan niat atau sasaran anda; sebaliknya
gunakan daya tarik, percakapan menyenangkan, humor, sanjungan apapun yang
efektif untuk mengarahkan perhatian orang ke depan. Ketika fokus mereka tertuju
ke depan, bagian samping mereka tidak terlindungi, maka sekarang, ketika anda
memberikan petunjuk atau menyarankan perubahan arah secara tidak kentara,
gerbangnya sudah terbuka dan dindingnya sudah roboh. Mereka sudah terlucuti dan
mudah ditundukkan.